Sayfull & Lia WeBlog
Khasiat Teh
Dalam pembagiannya, teh dapat dibedakan dalam tiga kategori utama berdasarkan pengolahannya. Yaitu teh hijau (tidak mengalami fermentasi), teh oolong (semi fermentasi) dan teh hitam (fermentasi penuh). Meski ketiga jenis teh ini berasal dari tanaman yang sama yakni Camelia sinensis, namun ada perbedaan yang cukup berarti dalam kandungan polifenolnya karena perbedaan cara pengolahan. Kandungan polifenol, senyawa antioksidan yang kemudian diyakini berkhasiat bagi kesehatan, tertinggi diperoleh pada teh hijau, kemudian oolong, lalu disusul teh hitam.

Teh hijau mengandung lebih dari 36 persen polifenol, sekalipun jumlah ini masih dipengaruhi cuaca (iklim), varietas, jenis tanah dan tingkat kemasakan. Kunci utama dari khasiat teh berada pada komponen bioaktifnya, yaitu polifenol, yang secara optimal terkandung dalam daun teh yang muda dan utuh. Katekin adalah senyawa dominan dari polifenol teh hijau dan terdiri dari epicatechin (EC), epicatechin gallat (ECG), epigallocatechin (EGC), epigallocatechin gallat (EGCG), catechin dan gallocatechin (GC). Katekin adalah senyawa yang larut dalam air, tidak berwarna dan memberikan rasa pahit dan astringensi alias kelat.

Flavonol, zat antioksidan utama pada daun teh adalah kuersetin, kaempferol dan mirisetin. Sekitar 2- 3 persen bagian teh yang larut dalam air merupakan senyawa flavonol. Flavonol lebih merupakan glukosida daripada sebagai bentuk aglikon. Paling tidak sekitar 14 glikosida mirisetin, kuersetin dan kaempferol dalam teh segar, teh hijau dan teh hitam telah diketahui keampuhannya menghalau kanker dan kolesterol.

Efek Minum Teh.
Minum teh setelah makan terbukti bisa mengakibatkan anemia. Hal itu ditegaskan tim periset dari Bagian Kesehatan Ibu dan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang, di depan para dokter di kampus itu, 22 Mei lalu. Tim itu
memaparkan penelitian mereka, yang dilakukan secara acak di Jawa Tengah,terhadap 12.000 balita (anak berusia di bawah lima tahun) dan 3.000 ibu hamil selama enam bulan pada pertengahan 1999. Sebagian responden,berdasarkan pengakuan lewat wawancara, mempunyai kebiasaan minum teh setelah makan dan sebagian lainnya makan tanpa minum teh. Hasil riset secara umum menunjukkan bahwa mereka yang memperoleh menu berteh mengalami penurunan kandungan zat besi, terlihat dari rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah mereka.

Sementara itu, yang tidak punya kebiasaan menyeruput teh seusai makan,Hb-nya normal-normal saja. Secara spesifik, anemia itu dialami oleh 58 persen ibu hamil dan 63 persen balita dari keseluruhan sampel. Seberapa turun Hb mereka?
"Sangat rendah," kata Dr. J.C. Susanto, Sp.A. (K), anggota tim. Rata-rata
mereka hanya memiliki kandungan Hb 5 g/dL. Padahal, ibu hamil dan balita harus
mempunyai kadar Hb 11 g/dL. Bagi ibu hamil, rendahnya kadar Hb bisa mengganggu
proses persalinan dan menyebabkan bayi yang dikandungnya berbobot rendah.Bagi balita dan anak-anak, minimnya Hb bisa berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan mereka.

Riset dari Undip itu memperkuat hasil penelitian para periset di Barat, T.A.
Morck, S.R. Lynch, dan J.D. Cook, yang pernah dipublikasikan The American Journal of Clinical Nutrition pada 1983. Menurut riset itu, minum teh paling tidak sejam sebelum atau setelah makan akan mengurangi daya serap sel darah terhadap zat besi 64 persen. Pengurangan daya serap akibat teh ini lebih tinggi daripada akibat sama yang ditimbulkan oleh konsumsi segelas kopi usai makan.Kopi, menurut riset itu,mengurangi daya serap hanya 39 persen. Pada teh,pengurangan daya serap zat besi itu diakibatkan oleh zat tanin. Selain mengandung tanin, teh juga mengandung beberapa zat, antara lain kafein,polifenol, albumin, dan vitamin. Tanin bisa mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan_terutama yang masuk kategori heme non-iron, misalnya padi-padian,
sayur-mayur, dan kacang-kacangan. ''Bila kita makan menu standar plus segelas teh, zat besi yang diserap hanya setengah dari yang semestinya," kata Susanto.Juga ada penjelasan lain. Menurut Dr. Rachmad Soegih, ahli gizi dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, zat tanin itu sendiri memang menghambat produksi hemoglobin. Kalau memang mau menghindari teh dan mendapatkan banyak zat besi,sebaiknya teh digantikan air jeruk sebagai peneman makan. ''Makan nasi pecel dengan jeruk memperbesar penyerapan zat besi bila dibandingkan dengan minum es teh," kata Susanto. Kenapa? Vitamin C rupanya memperbesar penyerapan zat besi oleh tubuh.

Apakah fakta ini membuat minum teh harus ''diharamkan" sama sekali? Jangan salah. Soalnya, teh mengandung zat lain yang berrfungsi positif. Zat xantine,misalnya, berfungsi merangsang susunan saraf pusat. Rangsangan itu bisa menstimuli saraf simpatik yang mengakibatkan aliran darah menjadi lebih aktif.
Selain itu, xantine juga mempunyai efek laxan dan dioritik, sehingga orang yang
mengonsumsi teh akan sering buang air. ''Karena itulah teh dikatakan dapat melangsingkan tubuh," kata Rachmad, yang sering dikunjungi pasien yang ingin
melangsingkan tubuh itu.

Ada kiat minum teh yang tepat, agar minuman dari dedaunan ''warisan kaisar
Cina" itu tidak menghambat produksi zat besi dalam sel darah. Menurut Rachmad,
teh akan berefek baik bagi tubuh bila dikonsumsi pada pagi dan sore, disertai
karbohidrat dan protein, misalnya roti dan biskuit. Kiat lain, ya, memberikan
jeda minum teh setelah makan, misalnya dua jam setelah makan. Jeda itu
diperlukan karena rentang waktu itu diperkirakan cukup bagi usus 12 jari dan
usus halus bagian atas untuk melakukan proses penyerapan makanan. Jadi,
boleh-boleh saja menyeruput teh kapan pun, asal tidak setelah makan.

Jadi semua terserah Anda karena hidup anda adalah anda sendiri yang menentukan heheheeehehe...! Go oD lUCK ..!
(http://www.mail-archive.com/balita-anda@indoglobal.com/msg18704.html)
0 Responses

Posting Komentar